Selasa, 08 Mei 2012

AKHLAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang

Di dunia ini banyak orang yang mengaku muslim, bahkan mengaku sebagai muslim sejati, namun Allah tidak mengakui keimanannya karena orang tersebut tidak mencerminkan dirinya sebagai muslim yang sebenar-benarnya. Di dalam Al-Quran Allah tidak mengakui keimanan seseorang ketika keperibadiannya tidak mencerminkan seorang muslim sejati.
"Diantara manusia ada orang yang mengatakan : "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman." (2:8)
Setidaknya ada 5 ciri peribadi seorang muslim sejati yang perlu ada dalam diri kita.

B. Rumusan Masalah
1. Siswa menyebut dan menjelaskan 5 Ciri Pribadi seseorang Muslim sejati ?
2. Menjelaskan Pengertian Moral dan Akhlak (etika) ?
3. Menjelaskan Akhlakul Karimah dalam Kehidupan Modern ?




BAB II
PEMBAHASAN

A. Ada 5 ciri peribadi seorang muslim sejati yang perlu ada dalam diri kita.
1. Bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa.
Taqwa merupakan kunci kemuliaan seseorang sehingga seorang muslim yang sejati akan terus memperkukuhnya dalam hidupnya. Apabila taqwa telah berhasil diperkukuh nescaya ia akan selalu siap menghadapi kematian dalam keadaan tunduk dan patuh pada Allah SWT. Keadaan inilah yang memang diharapkan Allah kepada kita sebagaimana firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri kepada Allah (3-102)
Taqwa sebagaimana dalam pengertian yang telah disepakati oleh para ulama adalah melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya baik dalam keadaan sepi maupun ramai.
Dengan demikian bertaqwa harus kita buktikan dalam segala keadaan dan di mana saja kita berada.
2. Berusaha masuk ke dalam Islam secara kaffah.
Ini ertinya muslim yang sejati tidaklah hanya menyesuaikan diri dalam satu aspek, tetapi seluruh aspek kehidupannya akan terus diusahakan sesuai dengan ajaran Islam. Kerana itu dalam berbagai aspek kehidupan tidak akan ditempuh cara-cara yang tidak islami, tidak akan dipenuhi keinginan- keinginan syaitan, tapi yang dipenuhinya hanyalah keinginan Allah SWT.
"Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (2:208)


3. Diwarnai dengan nilai-nilai Ilahi (Shibghah)
Setiap muslim haruslah selalu berusaha menjalani hidup sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
"Shibghah Allah dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari selain Allah. Dan hanya kepada-Nya kami mengabdi" (2:138).
4. Istiqomah atau teguh dalam pendirian
Sikap ini sangat penting untuk dimiliki mengingat menjadi muslim yang sebenar-benarnya bukan urusan yang mudah. Amat banyak tentangan dan godaan yang harus dihadapi dan semua itu hanya boleh dihadapi dengan istiqomah. Dengan sikap istiqomah seseorang tidak hanya akan berani menghadapi kemungkinan mendapatkan risiko akibat keimanan dan keislamannya, tapi juga tidak akan berduka cita bila risiko itu betul-betul menimpa dirinya.
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqomah maka tidak ada kekuatiran terhadap mereka dan mereka tidak pula (berduka) cita (46:13)
5. Tawazun (keseimbangan hidup)
Iaitu seorang muslim tidak hanya mementingkan urusan duniawi, tapi melupakan urusan ukhrowinya (urusan akhiratnya) atau sebaliknya, iaitu mementingkan kehidupan ukhrowi (akhirat) saja tapi melupakan urusan duniawinya. Segala yang dilakukan di dunia ini semuanya tidak boleh dipisah-pisahkan menjadi urusan dunia saja atau urusan akhirat saja.
Seorang muslim yang tawazun memiliki hubungan hidup yang erat antara dunia dan akhirat. Ini merupakan pengamalan dari firman Allah : "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kebahagiaan negeri Akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi. Dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerosakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerosakan" (28:77)

B. Pengertian Moral dan Akhlak (etika)
Moral adalah prinsip-prinsip yang berhubungan dengan benar atau salah, pengertian tentang perbedaan antara salah dan benar. Sedangkan akhlak ialah seperangkat tata nilai yang bersifat samawi dan azali, yang mewarnai cara berfikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap alam lingkungannya.
Menurut Al-Ghazali :
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu.
Akhlak umumnya disama artikan dengan arti kata budi pekerti, kesusilaan atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, atau tidak berbeda pula dengan arti kata ethic (etika).

1. AKHLAK TERPUJI

Sebagai penganut Agama Islam,Allah dan Rasul-Nya menyuruh agar kita memiliki sifat optimis.Optimis termasuk akhlak terpuji
Orang yang memiliki sifat optimis selalu bersemangat dalam hidupnya. Ia juga rajin belajar dan bekerja untuk meraih sukses dalam mencapai cita-cita.
Ada tiga macam sifat optimis,yaitu:
1. Optimis dalam belajar
2. Optimis dalam bekerja
3. Optimis dalam beribadah

1. Optimis dalam belajar
Apabila kita seorang pelajar, maka kita harus selalu optimis dalam belajar. Rajin dan bersungguh-sungguh dalam belajar dan berdoa,maka hasil ulangannya akan baik.
2. 0ptimis dalam bekerja
Dalam surat Ar-Ra'd ayat 11 disebutkan: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri"
Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa kita harus bekerja dengan sungguh-sungguh jika ingin ada perubahan kehidupan yang lebih baik pada diri kita. Kita harus optimis dengan hasil yang akan kita peroleh dari pekerjaan kita.
3. Optimis dalam beribadah
Ketika kita melakukan ibadah sholat atau ibadah puasa,maka kita harus optimis bahwa ibadah kita akan diterima Allah SWT. Oleh karena itu,dalam melaksanakan ibadah hendaknya kita kerjakan dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Jika kita beramal dengan memberikan sedekah kepada fakir miskin,maka kita harus optimis bahwa uang yang kita sedekahkan itu dapat memberikan manfa'at bagi fakir miskin tersebut.

Dimana-mana setiap kesempatan dan situasional orang berbicara tentang etika. Memang etika ini menarik untuk dibicarakan, akan tetapi sulit untuk dipraktekkan. Etika adalah sistem daripada prinsip-prinsip moral tentang baik dan buruk. Baik dan buruk terhadap tindakan dan atau perilaku.
Ethics dapat berupa etika (etik), yaitu berasal dari dalam diri sendiri (hati nurani) yang timbul bukan karena keterpaksaan, akan tetapi didasarkan pada ethos dan esprit, jiwa dan semangat. Ethics dapat juga berupa etiket, yaitu berasal dari luar diri (menyenangkan orang lain), timbul karena rasa keterpaksaan didasarkan pada norma, kaidah dan ketentuan. Etika dapat juga berarti tata susila (kesusilaan) dan tata sopan santun (kesopanan) dalam pergaulan hidup sehari-hari baik dalam keluarga, masyarakat, pemerintahan, berbangsa dan bernegara. Dalam kelompok tertentu misalnya memiliki kode etik, rule of conduct, misalnya students of conduct, kode etik kedokteran, dan atau kode etik masing-masing sesuai dengan profesinya.
Kesusilaan adalah peraturan hidup yang berasal dari suara hati manusia. Kesusilaan mendorong manusia untuk kebaikan akhlaknya. Kesusilaan berasal dari ethos dan esprit yang ada dalam hati nurani. Sanksi yang melanggar kesusilaan adalah batin manusia itu sendiri seperti penyesalan, keresahan dan lain-lain.
Kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul karena ingin menyenangkan orang lain, pihak luar, dalam pergaulan sehari-hari, bermasyarakat, berpemerintahan dan lain-lain. Kesopanan dasarnya adalah kepantasan, kepatutan, kebiasaan, kepedulian, kesenonohan yang berlaku dalam pergaulan (masyarakat, pemerintah, bangsa dan negara). Kesopanan dititik beratkan kepada sikap lahiriah setiap subyek pelakunya, demi ketertiban dan kehidupan masyarakat dalam pergaulan. Sanksi terhadap pelanggaran kesopanan adalah mendapat celaan di tengah-tengah masyarakat lingkungan dimana ia berada, misalnya dikucilkan dalam pergaulan.
Apabila kita berbicara tentang etika ini, maka akan kita temukan beberapa pengertian antara lain :
a. Etika : sistem daripada prinsip-prinsip moral, dapat juga berarti rules of conduct, kode sosial (social code), etika kehidupan. Dapat juga berarti ilmu pengetahuan tentang moral atau cabang filsafat.
b. Ethos (jiwa) : karakteristik dari masyarakat tertentu atau kebudayaan tertentu.
c. Esprit (semangat) : semangat d’corps, loyalitas dan cinta pada kesatuan, kelompok, masyarakat, pemerintah dan lain-lain.
d. Rule (ketentuan, peraturan) : ketentuan-ketentuan dalam kebiasaan pergaulan masyarakat yang memberi pedoman atau pengawasan atau kegiatan tentang benar dan salah.
e. Norma : merupakan standar, pola, patokan, ukuran, kriteria yang mantap dari masyarakat atau pemerintah.
f. Moral : prinsip-prinsip yang berhubungan dengan benar atau salah, pengertian tentang perbedaan antara salah dan benar.


2. PEMBANGUNAN MORAL DAN AKHLAK BANGSA

Keberhasilan dan kegagalan suatu negara terletak pada sikap dan prilaku dari seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, DPR (wakil rakyat), pengusaha, penegak hukum dan masyarakat. Apabila moral etik dijunjung oleh bangsa kita maka tatanan kehidupan bangsa tersebut akan mengarah pada kepastian masa depan yang baik, dan apabila sebaliknya maka keterpurukan dan kemungkinan dari termarjinalisasi oleh lingkungan bangsa lain akan terjadi.
Bangsa kita terlalu terkonsentrasi dengan teori politik dan teori kehidupan yang berkiblat pada dunia barat dan timur saat membangun masyarakat. Bahkan kecenderungan untuk meninggalkan identitas timur religius lebih kentara. Di era 1950 - 1960 an negara kita berganti-ganti haluan politik seperti liberalisme, capitalisme komunisme dan nasionalis agama (nasakom) pernah dilalui dengan menggunakan pola trycle and error, sehingga mengalami keterlambatan sikap karena sering berganti pola politik yang pada akhirnya kita mengalami keterpurukan dan mendapat label negara terburuk baik di level regional, Asia maupun dunia. Hal ini terjadi diseluruh aspek kehidupan; di dunia politik, ekonomi, sosial, budaya dan sistem penegakan hukum.

C. Akhlakul Karimah dalam Kehidupan Modern
Saat ini kita berada di tengah pusaran hegemoni media, revolusi iptek tidak hanya mampu menghadirkan sejumlah kemudahan dan kenyamanan hidup bagi manusia modern, melainkan juga mengundang serentetan permasalahan dan kekhawatiran. Teknologi multimedia misalnya, yang berubah begitu cepat sehingga mampu membuat informasi cepat didapat, kaya isi, tak terbatas ragamnya, serta lebih mudah dan enak untuk dinikmati. Namun, di balik semua itu, sangat potensial untuk mengubah cara hidup seseorang, bahkan dengan mudah dapat merambah ke bilik-bilik keluarga yang semula sarat dengan norma susila .
Kita harus kaya informasi dan tak boleh ketinggalan, jika tidak mampu dikatakan tertinggal. Tetapi terlalu naif rasanya jika mau mengorbankan kepribadian hanya untuk mengejar informasi dan hiburan. Disinilah akhlak harus berbicara, sehingga mampu menyaring “ampas negatif” teknologi dan menjaring saripati informasi positif.
Dengan otoritas yang ada pada akhlakul karimah, seorang muslim akan berpegang kuat pada komitmen nilai. Komitmen nilai inilah yang dijadikan modal dasar pengembangan akhlak, sedangkan fondasi utama sejumlah komitmen nilai adalah akidah yang kokoh, Akhlak, pada hakekatnya merupakan manifestasi akidah karena akidah yang kokoh berkorelasi positif dengan akhlakul karimah.
Mencermati Fenomena aktual di tengah masyarakat kita dapat memperoleh kesimpulan sementara bahwa sebagian hegemoni media secara umum, hegemoni televisi terasa lebih memunculkan dampak negatif bagi kultur masyarakat kita. Tidak dipungkiri adanya dampak positif dalam hal ini, meski terasa belum seimbang dengan “pengorbanan” yang ada.
Televisi yang sarat muatan hedonistis menebarkan jala untuk menjaring pemirsa dengan berbagai tayangan yang seronok penuh janji kenikmatan, keasyikan, dan kesenangan. Belum lagi penayangan film laga yang berbau darah, atau iklan yang mengeksploitasi aurat. Adanya sekat-sekat kultur dipandang tidak relevan di era global ini, sehingga sensor dipandang sebagai sesuatu yang aneh dan tidak diperlukan lagi.Menghadapi fenomena seperti ini hanya satu tumpuan harapan kita, yakni pendarahdagingan akhlak melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada 5 ciri peribadi seorang muslim sejati yang perlu ada dalam diri kita :
1. Bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa.
2. Berusaha masuk ke dalam Islam secara kaffah.
3. Diwarnai dengan nilai-nilai Ilahi (Shibghah)
4. Istiqomah atau teguh dalam pendirian
5. Tawazun (keseimbangan hidup)
Moral adalah prinsip-prinsip yang berhubungan dengan benar atau salah, pengertian tentang perbedaan antara salah dan benar. Sedangkan akhlak ialah seperangkat tata nilai yang bersifat samawi dan azali, yang mewarnai cara berfikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap alam lingkungannya.
Saat ini kita berada di tengah pusaran hegemoni media, revolusi iptek tidak hanya mampu menghadirkan sejumlah kemudahan dan kenyamanan hidup bagi manusia modern, melainkan juga mengundang serentetan permasalahan dan kekhawatiran. Teknologi multimedia misalnya, yang berubah begitu cepat sehingga mampu membuat informasi cepat didapat, kaya isi, tak terbatas ragamnya, serta lebih mudah dan enak untuk dinikmati

B.Kritik Dan Saran
Dalam penyusunan Makalah ini penulis tidak menutup kemungkinan Tidak adanya kesalahan dan kehilafan sebab itu penulis berharap untuk diberi kritikan dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini dan pembuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA


Hasyimsyah Nasution MA. Dr. Filsafat Islam ( Gaya Media Pratama Jakarta, 2002).
Mustofa H. Drs. Filsafat Islam (Pustaka Setia Bandung 1997)
Ibrahim Madkour, el Farabi dalam MM Sharif 9 ( ed) A history ofMuslim Philosophy 1963).
Tj. De Boer , Tarekh al- Falsafah fi al- Islam , terjemahan Arab oleh Abd al Hadi abu raidah 1988.
Dewan enseklopedi islam ,Ensiklopedi islam (Jakarta ichtiyar baru van hoeve ,1997).
Imam Munawwir ( Pt Bina Ilmu , Surabaya, 2006 ).
Goodwill, Antho, Blogspot.com : Kelling 1988
http://goodwill-example.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar